Kini tampak jelas terlihat payudara Lia yang berukkuran 34D itu, karena
seragamnya yang basah seperti tercetak mengikuti bentuk tubuhnya. Ia
tampak terkejut dan hendak berteriak, tapi ia tahan, sepertinya takut
penghuni rumahku curiga.
Mengetahui kekhawatirannya, aku segera memberitahu bahwa saat itu
keadaan rumahkku sedang kosong, orangtuaku ke luar kota, tapi
pembantuku aku bilang sedang tidak ada, (padahal mereka mungkin sedang
pacaran) jadi aku bilang tinggal kami berdua yang ada di dalam rumah,
kontan saja dia langsung hendak memukulku, tapi kuhindari dan berlari
ke atas, ke kamarku, dan seperti yang kuduga dia mengejarku.
Aku segera masuk dan menghidupkan handycam, membiarkan alat itu
merekam sendiri dengan menaruhnya di tempat yang telah kupersiapkan,
yaitu di antara pakaianku yang menggantung di dinding di sebelah pintu,
dan mengambil posisi di luar jangkauan kamera. Dan biarkan semuanya
terekam dengan sendirinya.
Dan setelah beberapa saat kemudian baru dia masuk, aku tahu Lia
pasti tadi mencari-cari kamarku, karena dia lantai dua ini ada 3 kamar,
kamarku, kamar kakakku dan kamar tamu.
Ia masih pasang tampang merajuk kemudian aku dipukulnya dengan
manja. Kemudian aku kembali menanyakan permintaanku yang kedua, bahwa
ia kuminta datang ke rumahku dengan tanpa pakaian dalam sama sekali,
dan ia benar datang tanpa mengenakan BH, tapi bagian bawahnya belum
terbukti, kalo itu tak dapat dibuktikannya, aku tidak akan
mememinjamkan uangku padanya.
"Ayo sekarang buktikan kalo, kamu gak pake celana dalam!"
perintahku padanya, "Kalo gak, aku gak bakal pinjemin duit buat kamu".
Kataku lagi.
Lia tampak keberatan.. Dan bingung.
"Ya udah. Kalo gak bisa buktikan, pinjam duitnya juga batal dong!?" kataku mendesak.
Aku tahu itulah senjataku yang tidak bisa dia tolak. Aku terus
memintanya untuk memperlihatkan bahwa dia memang benar tidak memakai
CD.
"Kalo malu, ya udah gak usah dari deket", kataku sambil berjalan
dengan maksud agar Lia menghadap ke kamera yang ada di belakangku tanpa
aku menghalagi kamera.
Akhirnya ia pun menyerah, dengan masih menghadap ke arahku dan ke
arah kamera tentunya, ia berjalan mundur untuk menjauhiku, sampai di
depan lemari pakaian, sehingga ia tidak bisa mundur lagi.
"Ayo tunjukin, nanti aku kasih duit", kataku mengingatkan tujuannya datang ke rumahku.
Kemudian dengan perlahan, tangannya mulai menarik roknya ke atas,
tampaklah pahanya yang putih mulus sampai ke atas pusarnya, dan
terlihatlah bagian vaginanya yang bersih dan terawat rapi, hanya tampak
beberapa bulu halus di sekitarnya.
Aku tadinya mengira akan melihat bulu hitam lebat, seperti milik
Widi, tapi ternyata, vagina Lia, tampak bersih, dan terawat, dan sejak
saat itulah aku menyukai vagina yang terawat, tidak ditumbuhi bulu
lebat.
Melihat aku terbengong alias terkejut, Lia tidak langsung
menurunkan rok pendeknya. Dia malah sepertinya bangga melihatku
terkagum-kagum akan keindahan daerah v-nya.
"Kamu cantik sekali Lia", kataku terlontar begitu saja dari mulutkku.
Memang harus diakui bahwa sebenernya Lia itu cantik dan sexy,
dengan wajahnya yang cantik mirip Dina Lorenza bagiku, dan kulitnya
yang putih, makin menambah kecantikannya, ditambah lagi, buah dadanya
yang besar dan pantatnya yang berisi, makin menimbulkan kesan sexy.
Memang sebenarnya aku dulu waktu kelas satu, sempat suka padanya,
tapi karena aku cenderung pemalu dengan cewek, akhirnya aku hanya
sekedar suka, karena kemudian banyak cowok yang jadi pacarnya, dan
beredarlah isu bahwa ia itu pecun. Dan akhirnya akupun jadian dengan
Widi, itupan karena dicomblangi oleh temanku yang ceweknya adalah
sobatnya Widi, sampai sekarang. Kini perasan itu hadir lagi, ada
sedikit rasa suka di hatiku. Tapi perasaan itu akhirnya kubuang
jauh-jauh, Lia kan terkenal pecun, batinku dalam hati.
Setelah tersadar, aku lalu mengelurkan dompetku dan mengeluarkan uang Rp. 50 ribu, dan memberikan kepadanya.
"Ini bonus buat pertunjukan yang tadi" kataku.
Hatiku sebenarnya berharap Lia menolaknya, tapi harapanku ternyata
salah, Lia malah mendekat dan mengulurkan tangannya menerima uang
pemberianku. Lia pada awalnya menunjukan sedikit perasaan malu, tapi
segera sirna digantikan oleh senyumnya yang mengembang di bibirnya yang
mungil. Segera ia memasukan uang itu ke dalam saku roknya. Dan kembali
pikiranku berkata, "Dasar pecun!"
"OK sekarang kembali ke rencana semula, yaitu sesi pemotretan" kataku pada Lia.
"Sesuai kesepakatan kan? 1 rol berarti 400 ribu, ya kan?!", tanya Lia padaku memastikan.
"Iya, deal!" jawabku.
Kemudian berlangsunglah acara pengambilan foto-foto sexy Lia, yang
dengan tanpa diketahuinya adegan itu juga terekam oleh kamera handycam
yang tersembunyi di sela-sela baju yang tergantung di dinding dekat
pintu yang tertutup.
Saat itu Lia kuminta melepaskan beberapa kancing bajunya untuk
menambah kesan sexy, belahan dadanya yang putih dan sexy menimbulkan
daya tarik sendiri, kemudian berlajut kuminta Lia untuk melepaskan
seluruh kancing bajunya, sehingga kini dari atas sampai bagian perutnya
yang rata terlihat dengan jelas.
Lia tampaknya semakin asyik dan tidak malu-malu lagi, jika ia malu
maka aku akan berkata, "Aku kan sudah melihat bagian yang terpenting
yang kau miliki, kenapa harus malu. Lagian ini hanya untuk jaminan
kok!"
Dan kata-kata itu mujarab sekali, Lia pun kemudian tak malu lagi,
melakukan pose-pose yang aku minta. Semua pose yang ada di kepalaku
sudah aku minta pada Lia untuk melakukanya.
Kini tubuh indahnya benar-benar terekspose secara lebih vulgar,
karena kini seragam Lia sudah berganti dengan kaos dalam tipis milikku,
tadi sempat kuminta ia melepaskan bajunya dan menggantinya dengan kaos
dalam tipis milikku.
Setelah beberapa kali berfoto, kuminta ia membuka kaosnya dan
membiarkan bagian atas tubuhnya tidak tertutupi sehelai benang pun,
tadinya ia agak malu dan menutupi kedua payudaranya dengan tangannya,
tapi setelah kudesak dan kurayu ia mau berpose tanpa menutupi kedua
payudaranya.
Sedang roknya kini telah bertambah pendek karena aku gunting 10 cm
lebih pendek. Sehingga kini rok itu benar-benar tidak bisa menutupi
keindahan tubuh bagian bawahnya, saat ia membungkuk, akan terlihat
bagian kewanitaannya menyembul di sela-sela belahan pantatnya yang
indah.
Tadinya Lia menolak roknya aku potong, karena takut dimarahi ibunya
saat pulang ke rumah nanti, tapi karena aku desak, agar makin sexy
kataku, akhirnya dia merelakan rok seragamnya aku potong.
Tak terasa, sudah satu roll film aku habiskan untuk mem-fotonya.
"Wah udah satu roll nih," kataku padanya, sambil mengeluarkan
dompetku lagi. Karena sesuai janjiku, aku harus membayarnya 400 ribu
setiap roll-nya.
Lia pun menerima uang yang aku berikan dan kembali memasukannya ke dalam sakunya.
"Mau tambah lagi nggak?" tanyaku.
"Iya dong, kan belum cukup uangnya!" balasnya sambil senyum.
"Tapi aku gak mau gini terus ah, bosen, aku ingin gaya yang lain, dan lokasi yang lain", kataku lagi.
"Gimana kalo di kolam renang belakang?!" tanyaku.
"Boleh aja, asyik juga sepertinya" jawabnya senang.
"Kalo gitu, mulai saat ini, kamu lepas semua kain yang menempel di
badanmu, aku ingin kamu tidak mengenakan seutas benangpun selama berada
di lingkungan rumahku ini!!" aku mulai berkata agak keras padanya.
"Dan sejak saat ini, aku yang berkuasa terhadap dirimu, dan kamu harus menuruti semua perkataanku kamu mengerti?!!"
"Kalau kamu mau menuruti semua kemauanku, kamu akan kukasih bonus uang lagi!!"
"Tapi kalo tidak foto-foto ini akan aku sebarkan Lia..!!" kataku
lagi sambil memperlihatkan satu roll film yang ada di genggamanku.
"Ayo buka semua pakaianmu!!" kataku sambil menepuk pantatnya yang
terbuka dengan agak keras, kerena roknya yang kini sangat pendek itu
telah tersingkap.
Tampak ia agak terkejut, dan hampir menangis, mungkin dia kaget
melihat perubahan sikapku, yang tadinya lembut kini berubah sedikit
kasar padanya.
Kini Lia benar benar tidak punya pilihan lagi, karena tentunya ia
tak ingin foto-fotonya tersebar luas, ia akan malu sekali jika
teman-temanya melihat foto-foto itu, walau ia sama sekali tidak
telanjang dalam foto foto itu, tapi secara keseluruhan sepertinya tak
ada bagian tubuhnya yang tidak dapat dengan jelas terlihat.
Lia terdiam sejenak..
"Ayolah Lia, buka semua pakaianmu, aku tahu, di sekolah kamu
terkenal sebagai pecun, aku yakin bukan sekali ini saja kamu bugil di
depan laki-laki, sudah pasti kamu sudah seringkali telanjang di depan
cowok!" kataku padanya.
"Akui saja?! "Betul kan?!" desakku padanya.
Lia hanya diam.. Dan kemudian mengangguk kecil.
"Nah benar kan kataku, nah mulai sekarang kamu adalah pecunku, dan kamu sekarang harus menuruti semua keinginanku".
"Kalo kamu kuminta datang, segera datang!, pokoknya apapun permintaanku, kamu harus turuti!!".
"Kalau tidak kamu tahu sendiri akibatnya!, kamu mau kan jadi pecunku..?!!" aku berkata padanya dengan nada sedikit keras.
Lia mengangguk..
"Jawab dong, jangan diam aja" kataku lagi.
"Iya, aku mau.." jawabnya kemudian.
Nah mulai saat itu resmilah Lia menjadi pecunku, Tapi yang paling
sering adalah, Lia kujadikan objek eksibisiku, seperti juga saat itu.